Sekedar Penutup Aurat

Perhatianku tertuju pada sosok-sosok wanita yang anggun dengan jilbabnya. Benar, mereka tampak anggun sekali dengan sehelai kain yang menutup kepala dan dadanya. Jilbab itu cukup lebar untuk dikenakan. Cukuplah penampilannya membedakan dengan wanita-wanita lain yang kurang memahami batasan tubuh mana yang harus ditutupi.

Memang, saat ini jilbab sudah banyak dimiringkan maknanya menjadi trend dan mode. Sehingga hakekat jilbab pun sudah kabur dari sebagian besar kaum wanita. Ups, ternyata tidak hanya jilbab-jilbab mini dan ketat saja yang menjadi mode. Tetapi di kalangan tertentu, jilbab besar juga punya pesona tersendiri bagi pemakainya. Simbolik tergabungnya ia dengan kelompok tertentu misalnya. Tidak semua pemakainya berpikir demikian. Hanya saja, sayang sekali ada segelintir orang yang tak memenuhi konsekuensi dari hijab yang dipakainya itu.

Orang awam akan lebih familiar dengan kata jilbab daripada hijab. Jilbab lebih condong diartikan sebagai penutup kepala, sedangkan hijab adalah penutup keseluruhan aurat. Jadi, hendaklah wanita tidak hanya berjilbab, akan tetapi menutup bagian tubuh yang termasuk aurat. Hijab: maksudnya, busana wanita muslimah yang menutupi seluruh bagian tubuhnya dari kepala hingga telapak kaki, hijab tersebut mempunyai syarat-syarat tertentu.

Ketentuan-ketentuan ber-hijab, di antaranya:

  • Hijab itu longgar, sehingga tidak membentuk lekuk-lekuk tubuh.
  • Tebal, hingga tidak kelihatan sedikit pun bagian tubuhnya.
  • Tidak memakai wangi-wangian.
  • Tidak meniru mode pakaian wanita-wanita kafir, sehingga wanita-wanita muslimah memiliki identitas pakaian yang dikenal.
  • Tidak memilih wama kain yang kontras (menyala), sehingga menjadi pusat perhatian orang.
  • Hendaknya menutupi seluruh tubuh, selain wajah dan kedua telapak tangan, menurut suatu pendapat, atau menutupi seluruh tubuh dan yang tampak hanya mata, menurut pendapat yang lain.
  • Hendaknya tidak menyerupai pakaian laki-laki, sebab hal tersebut dilarang oleh syara’.
  • Tidak memakai pakaian yang sedang menjadi mode dengan tujuan pamer misalnya, sehingga ia terjerumus kepada sifat membanggakan diri yang dilarang agama.

Hati ini miris sekali. Sudah cukup gadis-gadis berjilbab mini+ketat di luar sana keluyuran dengan pria bukan mahramnya. Kesana-kemari dengan pakaian ketat panjang, dengan jilbab mini/ketat/tipis yang menutupi kepalanya, tapi masih menampakkan bentuk dan terawangan rambut  – isi dari jilbabnya. Tetapi ternyata pelakunya bukan mereka saja. Wanita anggun dengan jilbab yang sampai menutupi dadanya pun ada yang tanpa dosa melakukan hal yang sama. Keluyuran dan boncengan dengan yang bukan mahram, masih colak-colek, bersentuhan, bersalaman dengan pria non-mahram, pacaran,  khalwat, ikhtilat, suka gossip, mencontek, bohong dsb.

Entah kenapa ia tidak mau tahu dengan esensi hijab dan konsekuensi pemakai hijab. Apalah artinya sebuah jilbab, yang menutupi seluruh tubuh sekalipun, jika akhlaqnya tidak islami, bahkan menyalahi syari’at. Allah ingin melindungi kita dengan hijab dan itulah batas yang telah ditetapkanNya.

Perlu direnungkan lagi eksistensi jilbab yang kita kenakan. Apakah kita sudah mengenakannya karena Allah? Ataukah karena mode jilbab yang modis&trendy saat ini? Atau sekedar penutup kepala saat keluar rumah? Agar diterima oleh kelompok tertentu? Hanya sekedar formalitas institusi yang sedang kita jalani (karena diwajibkan misalnya)?  Ngikut artis? Disuruh orang lain (pacar,ortu,dll)?

Ada beberapa indikasi ketidakikhlasan kita-kaum wanita- dalam menggunakan jilbab :

  • Kurang selektif membeli dan mengenakan jilbab, sehingga yang mini, ketat, dan tipis menerawang pun dikenakan.
  • Mudah mengeluh dengan jilbab, misalnya : panas dll.
  • Mengenakannya hanya ketika di luar. Saat orang non mahram ke rumah atau lewat rumah, mereka bisa lihat tontonan gratis sosok lain dari wanita berjilbab yang mereka kenal… tanpa jilbab.
  • Merasa biasa-biasa dengan rambut/bagian tubuh yang masih aurat jika terlihat orang lain. Misal, rambut keluar saat masih berjilbab, rok dengan sobekan besar, lengan baju terlipat hingga 3/4 tangan, dada/leher terlihat, dan sebagainya.
  • Tidak menjaga sikap secara syar’i sebagai konsekuensi dikenakannya jilbab yang merupakan genderang penegakan syari’ah Islam pada diri wanita muslimah. Jilbab disyari’atkan Allah agar wanita tidak diganggu. Lalu  bagaimana jika wanita dengan jilbabnya malah tidak dapat menjaga kelakuan dan batas-batasnya dengan laki-laki non mahram. Bukan berarti dengan menggunakan jilbab saja kita merasa telah aman dari gangguan lelaki. Gangguan itu sangat mungkin jika wanita masih tabaruj (dandan), sering berinteraksi dengan lelaki, dan tidak mempertegas sikap terhadap mereka.

Indikasi di atas berbahaya sekali. Bisa-bisa jilbab yang dikenakannya tidak bertahan lama. Bahkan bisa ditanggalkan sama sekali. Naudzubillah… Bertaubatlah hai para wanita berjilbab yang menganggap jilbab hanya  sebagai penutup aurat saja tanpa diiringi perubahan sikap ke arah yang lebih baik. Semoga dengan sedikit tulisan ini, kita dapat mulai berbenah diri dalam memakai jilbab. Jadikan ia sebagai awal komitmen kita dalam menjaga sikap.. Bukan hanya sekedar penutup aurat.. Tetapi sebagai bentuk ketaqwaan kita terhadap Allah swt.

Bismillahirrahmaanirrohiim..

Kami niatkan hijab ini karnaMu yaa Rabb..

5 thoughts on “Sekedar Penutup Aurat

  1. f4lcon says:

    just tambahan ttg keutamaannya :
    1. terhindar dari gangguan2 org yang bukan mahramny
    2. dari sisi kesehatan (yg pernah ane dngar) : lebih bagus menggunakan pakaian yang longgar dan syar’i dari pada pakaian yang sempit yang menampakkan lekuk tubhny (Naudzubillah) yg membuat pori2 tubuh tidak keluar dengan lancar.
    3. lbh cantik n indah 🙂

    Like

    • Jazakallahu khoir..
      btw.. Blog owner ngerasa tulisan ini :gag tepat sasaran: .. m(‘_ _)m
      bcuz yang ngasi comment cowok smw.. he3…
      Mmm..
      tapi bagus.. b’arti sebenernya kaum adam juga peduli dan prihatin atas fenomena ini..
      Betul kan.. ^ ^

      Like

Leave a comment